Kabar Penculikan di Rembang itu Hoaks, yang Benar Main Petak Umpet

Hukum, Viral1694 Dilihat
PASURUAN – Kabar tentang adanya penculikan anak yang terjadi di Desa Krajan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, yang tersebar di media sosial baik Facebook atau WhastApp-WhastApp, ternyata Hoaks alias bohong.
Hal itu disampaikan Agus Susanto, Kanit Reskrim Polsek Rembang, saat dihubungi melalui sambungan telepon. Agus menjelaskan, jika berita itu tidak benar dan  tidak dapat dipercaya.
“Itu tidak benar mas, kita sudah turun lapangan dan sudah meminta keterangan beberapa orang termasuk yang bersangkutan,” kata Agus.
Semalam, Agus mengaku sudah meminta klarifikasi semua pihak termasuk orang tua dari anak yang mengaku mau diculik, serta yang menyebarkan berita itu, di Mapolsek Rembang.
“Tadi malam kita undang yang bersangkutan ke Mapolsek dan kita sudah tanya tentang kejadian sebenarnya,” imbuh Kanit Reskrim. Jumat (25/8).
Setelah kita tanya-tanya, kedua anak yang berada dalam ruangan sekolahan itu memang awalnya bersembunyi. Namun mereka bersembunyi bukan karena mau diculik, melainkan main petak umpet. Mereka berdua sembunyi didalam ruangan takut ketahuan temannya.
“Dua anak itu sembunyi didalam ruangan, karena takut ketahuan saat main petak umpet,” terang Agus.
Kemudian, saat ruangan mau ditutup, anak itu ketahuan ditanya oleh seseorang. Apesnya, salah satu anak mengaku kalau dirinya mau diculik. Kemungkinan dia takut dimarahi karena berada dalam sekolahan.
“Ada dua anak disitu, yang satu jawabnya mau diculik, tapi satunya bilang jujur kalau main petak umpet, bisa jadi karena takut dimarahi sebab main didalam ruangan,” ungkap Agus.
Spontan berita tentang penculikan itu menyebar dimana-mana termasuk di story WhatsApp dan Group WhatsApp. Dan hal itu mengundang kepanikan dan penasaran warga untuk nonton ke lokasi kejadian.
Berita itu akhirnya jelas setelah polisi datang dan meminta keterangan sebenarnya. Bahkan dari pengakuan yang bersangkutan, bahwa kasus itu bukanlah penculikan anak tapi cuma main petak umpet saja. Cuma waktu itu, ada orang yang terburu-buru menyebarkan berita meski belum tahu kebenarannya.
“Itu terburu-buru menyebarkan berita melalui WhatsApp yang belum tentu kebenarannya, sehingga membuat kepanikan dan warga berdatangan.” jelas Agus Kanit Reskrim.
Agus menghimbau, kejadian ini sebagai pembelajaran agar warga tidak gampang menyebarkan berita yang bisa menimbulkan kepanikan. Warga diharapkan bisa memilah dan memilih atara berita benar dan hoaks.
(Die)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *