Masalah Limbah Jadi Isu Sampah, Warga Kecewa dan Tak Akan Tinggal Diam

Hukum, Peristiwa, Sosial, Viral862 Dilihat

PASURUAN – Aksi protes yang dilakukan warga 6 desa dari Kecamatan Kejayan dan Kecamatan Kraton rupanya tak digubris oleh perusahaan. Pasalnya, hingga saat ini pipa berukuran besar itu masih saja mengeluarkan air yang diduga limbah pabrik. Padahal waktu itu warga meminta agar segera dilakukan penutupan. Kamis (26/10).

Warga semakin kecewa ketika ada pihak yang menuding jika penyebab tercemarnya air di sungai Welang itu adalah sampah. Menurut warga, sampah yang ada di sungai itu sudah ada sejak dari dulu, namun tak pernah berpengaruh pada air dan udara yang ada di kampungnya.

“Bau di sungai tak ada kaitannya dengan sampah, karena sebelum ada pabrik, sampah itu sudah ada,” kata Ubaidillah warga Wrati Kejayan.

Warga menuding jika penyebab dari perubahan air dan bau menyengat itu berasal dari limbah yang dibuang oleh pabrik Satoria. Dampaknya, sejak 3 bulan lalu warga mengaku tak bisa gunakan air sungai lagi karena airnya sudah berubah warna dan bau serta gatal. “Ada Satoria limbah cair di buang malah jadi bau,” kata Ubaidillah.

Ucapan Ubaidillah juga diamini Yazid, warga Sromo Kulon Pacarkeling Kecamatan Kejayan. Menurut Yazid, air yang diduga limbah Satoria itu tetap saja mengalir meski sudah didemo warga. Dia juga menampik jika sampah dijadikan “kambing hitam” sebagai penyababnya.

“Kami merasa kecewa jika sampah menjadi isu sebagai penyebab perubahan air di sungai kami,” kata Yazid.

Karena itu, dia akan terus menunggu itikad baik agar segera dilakukan penutupan. Bila tidak, maka warga akan melakukan aksi yang lebih besar lagi. “Kita tidak akan tinggal diam. Bila tidak ada titik temu maka sangat mungkin terjadi demo yang lebih besar lagi,” kata Yazid.

Perlu diketahui, bahwa kasus sungai Welang ini muncul ketika airnya berubah warna. Warga mengaku sudah tak bisa menggunakan air sejak 3 bulan lalu. Pekan lalu, 6 desa melakukan unjuk rasa.

Mereka mendesak agar pipa pembuangan segara ditutup pihak satoria. Tak hanya itu, DLH Provinsi Jatim sudah mengambil sampel air namun hasilnya minimal 14 hari.

Sampai saat ini, Kabar Lensa mencoba untuk melakukan konfirmasi pada pihak satoria bernama Bahrul. Namun, klarifikasi yang disampaikan, sampai saat ini tidak pernah dijawab.

(Die)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *