Sudah 3 Bulan Ratusan Warga Enggan ke Sungai, Selain Gatal, Bau Busuk Selalu Dirasakan Tiap Malam

Peristiwa, Viral804 Dilihat

PASURUAN – Perubahan yang terjadi pada air sungai di Desa Wrati Kejayan, hingga ke wilayah desa yang berada di hilir, tampak sangat menyiksa warga sekitar. Mereka mengaku sudah 3 bulanan tak bisa menggunakan air disana.

Padahal, sungai itu biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari mulai cuci pakaian, cuci piring, bahkan utuk mandi. Bila dipaksakan, mereka akan merasakan akibat dari air tersebut. Mereka mengaku gatal-gatal setelah mandi di sungai tersebut.

Hal itu disampaikan Afandi (40), warga Dusun Sromo Kulon Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan. Menurut Afandi, pakaian yang mereka cuci, juga dirasa gatal meski sudah dicuci pakai deterjen dan sudah dijemur.

“Warna air itu terkadang putih, tapi juga terkadang berwarna hitam, dan sekarang warga tak mau mandi di sungai lagi mas,” kata Afandi. Minggu (08/10).

Selain itu, Afandi juga menceritakan jika di kampungnya selalu disuguhi bau menyengat setiap malamnya. Sehingga, warga merasa resah dan kebingungan di kampung sendiri karena bau menyengat yang mereka selalu rasakan.

“Selain itu, kami juga rutin merasakan bau tak enak seperti kotoran manusia ketika sudah jam 6 sore sampai jam 11 malam mas, dan itu sangat mengganggu pada warga,” imbuh Afandi.

Akibat kejadian itu, mereka juga harus merogoh kantong untuk tambahan biaya rumah tangga. Pasalnya, ratusan warga yang biasa bergantung pada sungai, kini harus beralih mencari jalan alternatif. Beban biaya kehidupan yang menipis, kini juga harus disisihkan untuk biaya air bersih.

“Saya berharap pemerintah cepat mengatasi masalah ini, karena di kampung sini saja pengguna sungai ini sudah ratusan, ini tidak termasuk desa-desa lain,” kata Afandi.

Beberapa hari lalu, Heru Farianto Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan mengaku belum mendapat laporan terkait masalah ini. Dia mengaku akan turun ke lokasi jika laporan itu sudah masuk kepada dirinya.

“Sampai saat ini saya belum tahu apa yg diributkan, karena belum ada laporan ke saya,” kata Heru.

Gejolak permasalahan sungai sampai detik ini masih belum teratasi. Bahkan asal muasal perubahan air itu juga masih belum jelas dari mana datangnya.

Dugaan sementara, air yang biasa digunakan ratusan warga itu, berubah karena pembuangan limbah dari salah satu perusahaan besar di sana. Namun hal itu masih belum bisa dipastikan karena pihak dinas belum mengumumkan penyebab perubahan air itu.

Salah satu nomor yang katanya milik HRD perusahaan besar itu sebenarnya sudah dikantongi oleh wartawan. Saat itu, orang yang diketahui bernama Bahrul sudah sempat ngobrol dalam telepon.

Namun ketika ditanya tentang limbah itu, tiba-tiba dia minta maaf dengan alasan masih bersama keluarga. Tak putus asa, Kabar Lensa mencoba konfirmasi via WhatsApp tentang limbah yang diduga dibuang dari perusahaan itu. Namun hingga saat ini pesan itu masih belum juga terjawab.

(Die)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *